Langsung ke konten utama

Pengalaman Kuliah di Bandung: Dari Berburu Kontrakan sampai Jalan-Jalan

Bandung, bagi saya, bukan hanya sekedar Kota Kembang seperti yang banyak orang bilang. Setelah lulus SMA, saya mendapat restu orangtua untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Bandung. Banyak suka duka yang dilewati.

Pengalaman Kuliah di Bandung: Dari Berburu Kontrakan sampai Jalan-Jalan

Tapi bagi saya sih lebih banyak sukanya. Bandung memberi banyak cerita yang tak mudah dilupakan saat saya berkuliah di sana. Mulai dari berburu kontrakan, bertemu banyak teman baru, sampai jalan-jalan ke tempat-tempat kekinian.

Seperti kebanyakan orang rantau baru pada umumnya, beberapa hari sebelum pindah ke Bandung, saya cukup repot mencari tempat tinggal. Tidak ada saudara dari ayah maupun ibu yang tinggal di Bandung. Dulu sih ada, tapi sekarang sudah pindah ke kota lain. Untungnya, saya ada teman dekat sewaktu SMA yang juga kuliah di Bandung namun beda perguruan tinggi. Karena waktu yang semakin mepet, akhirnya saya memutuskan untuk numpang sementara di tempat kost teman.

Cukup nyaman tempat kost-nya. Meskipun kamar mandi di luar, tapi terawat karena setiap minggu akan ada orang yang ditugaskan oleh pemilik kost untuk bersih-bersih. Di dalam setiap kamar sudah disediakan kasur, lemari dan meja belajar. Setelah beberapa hari, saya pun jadi tertarik untuk kost di tempat yang sama dengan teman saya. Lokasinya juga tidak terlalu jauh dari kampus. Banyak pula angkutan umum berbagai trayek yang berlalu-lalang di sana.

Tapi, sayang waktu itu tidak ada kamar kosong. Untuk menghemat keuangan, teman saya pun menyarankan untuk kost sekamar berdua. Saya pun mengiyakan ajakan tersebut. Dari segi harga, harga sewa kost per bulan yang ditawarkan cukup terjangkau, yaitu 500 ribu per bulan. Dibagi dua, saya cuma perlu keluar uang 250 ribu buat bayar kost sebulan :D

Selagi saya kost berdua dengan teman, saya juga sambil mencari rumah kontrakan di Bandung yang tergolong murah. Seiring waktu, hampir lima tahun, terasa kurang nyaman juga tinggal berdua di kamar kost yang tak begitu besar.

Kamar mulai terasa sempit seiring dengan barang-barang yang terus bertambah. Kita juga sebentar lagi lulus dan masing-masing punya rencana masa depan sendiri. Semenjak semester 6, saya mulai kerja sehingga kurang berkomunikasi dengan teman saya itu. Saya pikir tinggal di kontrakan juga akan lebih bebas tanpa terikat peraturan seperti di tempat kost.

Saya mencari rumah kontrakan semi-furnished. Tapi, ternyata cukup sulit mencari kontrakan berharga murah untuk kantong pekerja pemula yang gajinya pas-pasan seperti saya. Sempat juga mencari tempat kost yang lebih dekat ke tempat kerja, tapi tidak ada yang lebih baik dari tempat kost lama. Cuma harganya saja yang lebih mahal. Pemilik kost hanya menyediakan kasur busa lepek dan lemari kecil.

Karena tidak menemukan kost atau kontrakan sesuai, saya pun tetap kost di tempat lama walaupun teman sekamar saya sudah pindah. Berat juga sih kalau pindah kost karena di sana sudah dekat dengan banyak teman kost yang sama-sama anak rantau. Mereka pula yang menjadi teman main saya kala libur kerja. Kalau lagi banyak uang, kita suka keliling mencoba kafe-kafe kekinian yang lagi hits di Instagram. Kadang juga berburu baju branded bekas ke Gedebage.

Sekarang saya sudah lulus dan senangnya bisa lulus tepat waktu. Tak lama setelah lulus, saya diterima kerja oleh salah satu perusahaan di Bandung. Jadi, saya tidak perlu merantau ke kota lain. Berat sekali kalau harus meninggalkan Bandung.

Meski sudah berpisah dengan teman-teman dekat, saya terlampau kecantol dengan segala pesona yang ditawarkan Bandung. Banyak tempat hangout seru, makanannya enak-enak, masyarakatnya ramah-ramah dan banyak lagi. Pengalaman saya selama tinggal di Bandung membuat iri banyak teman saya yang memilih mengadu nasib di Jakarta. Mereka katanya bahkan ingin mencari kerja dan pindah saja ke Bandung.

Untuk kamu yang berencana kuliah dan merantau, Bandung adalah salah satu kota terbaik untuk mengenyam pendidikan. Banyak kampus yang bisa kamu pilih, baik itu negeri maupun swasta. Biaya hidup di sana juga tidak terlalu mahal. Masih banyak kost yang menawarkan harga di bawah 500 ribu rupiah per bulan. Makanan juga murah-murah.

Walaupun banyak kafe-kafe modern, tapi kita juga masih mudah menemukan keberadaan warung nasi sederhana dengan yang menyediakan lauk pauk aneka rupa. Satu kali makan paling cuma habis 10-15 ribu rupiah. Murahnya biaya hidup ini membuat saya kurang tertarik untuk menerima tawaran kerja di kota lain. Ahh… pokoknya Bandung juara!

Postingan populer dari blog ini

Cara Mudah Menjaga Udara Kamar Supaya Tetap Bersih

Kamar terasa pengap dan tercium bau kurang sedap? Berarti kualitas udara di dalam kamar Anda perlu diperbaiki. Seringkali terabaikan, kualitas udara di rumah berkontribusi besar terhadap kesehatan. Sistem tubuh memerlukan udara bersih kaya oksigen untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Sayangnya, seringkali kita tidak menyadari banyak kontaminan yang mencemari udara sekitar kita. Dan belum tentu udara di rumah Anda lebih bersih dari udara di luar. Mengingat kita cenderung menghabiskan waktu yang cukup lama di kamar, kualitas udara kamar sudah seharusnya selalu dijaga supaya tetap bersih. Bagaimana caranya? Buka jendela di pagi hari Ventilasi yang cukup adalah kunci penting untuk sirkulasi udara yang baik. Udara di setiap ruangan rumah perlu diperbaharui setiap hari. Bukalah pintu dan jendela kamar terutama di pagi hari setidaknya selama 30 menit setiap hari. Udara pagi memiliki kualitas yang lebih baik karena lebih kaya oksigen. Berbeda dengan siang hari, udara di lua

Pilih Mana Beli Rumah Cash atau Cicil KPR? Ini Baik Buruknya

Beli rumah cash atau cicil KPR? Mungkin hal itu sejak lama membingungkan Anda. Ya, siapa pun pastinya ingin memiliki rumah sendiri. Terlebih bila sudah membina rumah tangga . Namun, membeli rumah bukan perkara mudah. Banyak aspek yang perlu dipertimbangkan secara matang. Termasuk dalam hal metode pembeliannya secara finansial mengingat kini semakin sulit mencari rumah yang harganya terjangkau. Seiring dengan permintaan kebutuhan yang semakin naik dari tahun ke tahun, para pengusaha properti pun menyediakan “solusi” dengan berlomba-lomba membuat banyak perumahan hingga ke daerah pinggiran kota. Rumah-rumah itu pun bisa dibeli dengan sistem KPR (Kredit Kepemilikan Rumah) melalui layanan perbankan. Anda yang tidak senang terlilit hutang mungkin lebih memilih untuk menunda membeli rumah hingga uang Anda cukup untuk membeli rumah secara cash atau tunai. Akan tetapi, kenaikan harga rumah yang cenderung naik dari tahun ke tahun tak sebanding dengan kenaikan pendapatan. Hal ini mengakib